Hati Tidak Pernah Berdusta
"...Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta ialah hati yang terdapat di dada.” (QS al-Hajj:46).
Hati tidak pernah menipu diri, apalagi menipu orang lain. Hati yang
fitri, yang bersih dari anasir-anasir kepentingan materi, nafsu, dan
godaan inderawi. Hati yang selalu membimbing kata sejalan tindakan,
sumpah, dan kenyataan. Hati yang takut berdusta di hadapan siapa pun
karena yakin betul Tuhan Mahamengawasi. Hati yang tidak memproduksi
kata-kata indah yang jauh panggang dari api. Itulah hati yang bersih,
al-qalb al-salim.
tidak seorangpun yang mengingkari kejujuran hati, karena dialah yang paling tau semua gerak yang ada pada diri manusia, Kejujuran identik dengan hati maka tatkala orang bersumpah dengan penuh percaya diri,
sungguh siapa pun tak akan tahu persis apakah ia sedang jujur atau
berdusta. Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Orang lain sebatas me nafsir
dan menerka. Hak dan batil secara hakiki pasti berbeda, tetapi di tangan
manusia keduanya sering kali menjadi sumir, gelap, dan serbarumit.
Kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuran.
Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata
benar dan berlaku jujur. Ini diperintah oleh Allah melalui firman-Nya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur dan benar. (al-Ahzab: 70)
Rasulullah SAW bersabda:
“Kamu semua wajib bersikap jujur kerana kejujuran akan
membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa kepada syurga”. (HR
Ahmad, Muslim, at-Tirmizi, Ibnu Hibban)
Kejujuranlah yang menjadikan Ka’b bin Malik mendapat keampunan
langsung dari langit sebagaimana Allah jelaskan dalam surah at-Taubah.
Kejujuranlah yang menyelamatkan bahtera kebahagiaan keluarga dan
kejujuran pulalah yang menyelamatkan seorang Muslim daripada siksa api
neraka di kemudian hari.
Subhanallah betapa agungnya Allah menciptakan manusia yang begitu sempurna lihatlah, tubuh ini laksana kerajaan. Tangan, kaki, dan segenap anggota tubuh
laksana pekerja ahli. Syahwat bagaikan pemungut pajak. Amarah
ibarat polisi. Hati nurani adalah raja yang menguasai singgasana. Akal
itu perdana menterinya. Syahwat senantiasa menarik segala sesuatu pada
kepentingan dirinya. Sedangkan, amarah berwatak keras dan kasar, yang
suka menghukum dan menghancurkan.( Imam Al-Ghazali,MutiaraHikmah)
Hati adalah sang raja yang harus mengendalikan syahwat, amarah, juga
mengendalikan akal. Hati harus dapat menjaga keseimbangan semua kekuatan yang
dimiliki manusia. Tetapi hanya sedikit orang yang dapat memanag dirinya dan tidak sedikit orang yang di kuasai oleh rezim nafsu serbaduniawi. Itulah hati yang terkunci.
"Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar